Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Belajar Untuk Bersyukur

Go down

Belajar Untuk Bersyukur Empty Belajar Untuk Bersyukur

Post  Admin Mon Nov 30, 2009 10:05 am

<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Lalai. Manusia selalu begitu. Kadang begitu luput. Ya, atas
udara yang setiap hari kita hirup untuk nafas hidup kita. Tentang sehatnya
tubuh kita hingga mudah untuk melakukan serangkaian aktivitas apa saja. Pun,
tentang betapa rejeki Allah SWT yang telah mengalir dalam setiap detik
kehidupan kita.   Sungguh, sebuah kenikmatan yang semestinya tak boleh
kita lupakan. Namun, lagi-lagi kita lalai. Jarang untuk bisa bersyukur atas apa
yang ada. Atas apa yang kita punya dan nikmati. Maka, hari ini kita bisa
belajar kepada seorang temanˇÄ



Kang Dayat namanya.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Sore. Sehari yang lalu, dalam perbincangan yang akrab,
keping-keping hikmah mengalir dalam setiap cerita yang disampaikannya. Larut,
saya menyimak dengan tenang. Tentu, dengan harap, rahasia tentang kehidupan
yang mungkin masih tersembunyi bisa saya petik, agar saya bisa lebih memaknai
warna-warni kehidupan yang hanya sementara ini.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Bermula dari hidupnya yang sederhana. Lantas, menikmati
pekerjaannya sebagai cleaning service pada sebuah institusi pendidikan
tinggi. Gajinya, tidak banyak. Maklum, masih menjadi honorer. Diapun tak tahu,
entah kapan menjadi PNS. Yang dia tahu, bekerja dengan sebaik-baiknya atas
amanah yang dibebankannya. Keluhan, sesekali memang muncul. Namun, dia lebih
banyak untuk tidak terlalu membesar-besarkanny a. Tiada guna, lebih baik
nikmati saja. Bekerja dengan aroma kebahagiaan dalam kesehariannya. Begitulah,
hari-hari berjalan.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Walaupun begitu. Dalam hidupnya yang pas-pasan, kini telah
mempunyai seorang anak. Sedang masuk TK. Rupanya, memang skenario Allah itu
selalu baik. Tinggal kitanya saja, bagaimana mensikapinya. Mungkin, tak ada
yang percaya kalau dulu, waktu menikah, hanya bermodalkan RP 75 ribu, itu
gajinya sebulan. Waktu itu di tahun 2001.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt"> Begitulah, dengan modal itu, berniat melamar seorang
gadis yang dicintainya. Indahnya, sang gadis mau-mau saja. Saya tak tahu.
Mungkin perempuan yang kini menjadi istrinya itu juga percaya pada garis nasib
dan rejeki yang akan diperoleh asalkan mau usaha. Entahlah, yang pasti
ceritanya begitu. Sekarang saja, kalau mau tahu, gaji Kang dayat tak lebih dari
Rp 300 ribu. Heran saya. Kok cukup ya. Tapi realitasnya memang begitu.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Setelah saya tanyakan kepadanya, tentang bagaimana
memanajemen uang yang sedikit itu, baru saya tahu, resepnya memang bersyukur.
Ya, dia selalu mensyukuri saja setiap harta yang diperolehnya. Kadang, hutang
memang tak terelakkan. Itu romantika. Hanya saja, selama ini bisa tetap
mempertahankan hidup bersama istri dan anaknya. Istrinya pun sama. Tak pernah
menuntut lebih.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Dia memahami betul, gaji segitu memang mepet untuk hidup
sebulan. Tapi dia lebih memilih menghargai suaminya yang telah bekerja. Ada
sedikit penghasilan, daripada menganggur. Apalagi, suaminya juga pasti
memberikan semua gaji dan rejeki yang diterima. Kalau ada keperluan, Kang Dayat
  ijin kepada istrinya untuk meminta uang demi keperluannya itu.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Kalau dipikir-pikir, mereka  kok bisa hidup dan
bertahan sampai kini. Ah, memang rasa syukur itu sebuah "keajaiban".
Seperti adanya dalam ajaran Islam. Kalau kita mau bersyukur atas apa yang ada,
maka Allah SWT akan menambahkan rejeki kita. Begitulah, sebuah ajaran yang bisa
menjadi prinsip hidup kita.


<P class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:.75in;line-height:
14.4pt">Kini, kita bisa bercermin. Saya percaya, banyak diantara kita
yang punya penghasilan, punya harta yang lebih dari Kang Dayat, tapi masih saja
selalu menggerutu, merasa kekurangan. Nah, inilah saatnya kita belajar tentang
rasa syukur kepada beliau, sosok lelaki sederhana yang juga menjadi ketua RT
untuk 40-an warga itu. Ini bukan berarti kita tak mau berusaha lebih. Justru,
kita mesti berpacu, bersemangat untuk menyongsong   datangnya rejeki.
Setelahnya, baru kita mensyukuri atas apa yang kita peroleh itu.
Bukannya mengutuk diri sendiri
 lantas terus menerus merasa kekurangan. Bersyukur, inilah resepnya. Kalau
sifat semacam ini bisa ada dalam diri kita. Insyallah, hidup senantiasa damai
dan indah.
Percayalah !.(yr)


 
Admin
Admin
Admin
Admin

Male Jumlah posting : 364
Age : 37
Location : Pontianak
Registration date : 23.12.07

http://thabaraq.com

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik